Burnout kerja menjadi topik yang tengah mendapat perhatian khusus dalam dunia profesional. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu tetapi juga dapat berdampak signifikan pada keseluruhan kinerja dan kesehatan perusahaan.
Fenomena yang berkaitan dengan dimensi psikologi karyawan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan lingkungan dan manajemen kerja. Memahami faktor-faktor ini sangat penting untuk mencegah dan mengatasi burnout di tempat kerja. Berikut ini adalah ulasan lengkap tentang burnout kerja yang penting untuk diketahui oleh setiap HR dan manajer perusahaan.
Mengenal Arti Burnout Kerja
Burnout kerja adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres kronis yang berkaitan dengan pekerjaan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan perasaan kelelahan yang ekstrem, penurunan motivasi, dan sikap negatif terhadap pekerjaan. Menurut Maslach dan Leiter, burnout kerja adalah hasil dari ketidaksesuaian antara tuntutan pekerjaan dan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Mengutip dari American Psychological Association (APA), burnout kerja memiliki tiga dimensi utama yang dapat diidentifikasi:
- Selalu merasa kehabisan energi dan kelelahan sepanjang waktu
- Muncul perasaan negatif dan berjarak dengan pekerjaan yang bisa dikerjakan setiap hari
- Rasa kepercayaan diri terhadap kemampuan diri untuk mencapai kesuksesan menurun
Memahami tanda-tanda dan dampak dari burnout kerja adalah langkah pertama dalam mengatasi dan mencegah masalah ini. Pengenalan awal terhadap gejala ini dapat membantu dalam mengimplementasikan strategi yang efektif untuk mengurangi risiko dan dampaknya.
Penyebab Karyawan Mengalami Burnout Kerja
Ada banyak faktor yang menyebabkan karyawan mengalami burnout kerja. Penyebab-penyebab ini seringkali berakar dari sistem dan proses internal perusahaan.
Kekurangan Sumber Daya
Kekurangan sumber daya, baik itu tenaga kerja, peralatan, atau dukungan teknis, dapat menyebabkan burnout pada karyawan. Karyawan dengan tuntutan pekerjaan yang tinggi cenderung membutuhkan bantuan dari tim lain atau alat-alat operasional pendukung.
Ketika mereka tidak memiliki alat atau dukungan yang cukup untuk menyelesaikan tugas mereka, mereka cenderung merasa tertekan dan kewalahan. Ini dapat menyebabkan burnout yang signifikan dan penurunan performa kerja.
Manajemen Organisasi yang Buruk
Manajemen organisasi yang buruk dapat diidentifikasi dari lingkungan kerja yang tidak kondusif. Kondisi seperti ini bisa dilihat pada perusahaan yang mendistribusikan beban pekerjaan secara tidak realistis pada karyawan. Kemudian perusahaan menuntut karyawannya untuk saling berkompetisi dengan cara menciptakan konflik.
Alih-alih kinerja meningkat, yang terjadi lebih sering muncul friksi antar individu karyawan baik dalam satu divisi maupun dengan divisi lain. Friksi yang sering muncul ini menimbulkan lingkungan kerja yang tidak mendukung dan memicu burnout. Karyawan yang telah kelelahan mencapai target kinerja masih harus menggunakan energinya untuk mengelola konflik dengan tim lain agar semua pekerjaan dapat berjalan lancar.
Tuntutan yang Tidak Realistis
Tuntutan pekerjaan yang tidak realistis berkaitan dengan cara pemimpin perusahaan mengelola tim dan distribusi beban kerja. Seringnya, kondisi ini terjadi ketika pemimpin perusahaan memiliki visi besar namun tidak memahami atau tidak mempedulikan kondisi sumber daya manusia maupun peralatan yang dimiliki.
Contoh dari kondisi ini adalah saat perusahaan rintisan ingin melampaui pemimpin pasar di industri sejenis dalam waktu singkat. Namun peralatan pendukung kerja untuk mencapai tujuan tersebut masih terbatas. Ditambah jumlah tim yang dimiliki tergolong sedikit dengan pengalaman maupun kemampuan individu yang tidak merata. Kondisi ini tentu menimbulkan tuntan pekerjaan yang tidak realistis bagi karyawan.
Pada akhirnya memberikan target atau tuntutan pekerjaan yang tidak realistis seperti ini membuat para karyawan mengalami stres berlebihan dan berujung burnout.
Beban Kerja yang Berlebihan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan yang ingin mencapai tujuan dalam waktu singkat namun dengan sumber daya terbatas membuat karyawan harus bekerja dengan effort yang lebih besar. Bekerja dengan effort lebih besar namun minim dukungan akan menciptakan beban kerja yang besar bagi setiap karyawan.
Menurut Afrianty dan Dewi (2022) fenomena burnout yang terjadi pada seseorang dapat disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan sehingga menguras tenaga dan kemampuan seseorang dalam menjalankan tugasnya. Kondisi ini tentu akan berimbas negatif pada operasional perusahaan.
Kurangnya Dukungan dan Apresiasi
Karyawan yang bekerja dalam tekanan tinggi sering kali membutuhkan apresiasi atas upaya mereka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kurangnya pengakuan dan dukungan dapat mempengaruhi motivasi dan kesejahteraan karyawan.
Karyawan yang merasa tidak dihargai atau tidak didukung dalam pekerjaan mereka sering mengalami stres dan kelelahan, yang berkontribusi pada burnout.
Potensi Bahaya Bagi Perusahaan
Burnout kerja tidak hanya memengaruhi karyawan secara individu, tetapi juga dapat berdampak buruk pada perusahaan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa potensi bahaya bagi perusahaan yang disebabkan oleh burnout kerja:
Penurunan Produktivitas
Burnout sering kali mengakibatkan penurunan produktivitas secara signifikan. Mengutip dari SHRM bahwa karyawan yang mengalami burnout cenderung merasa lelah secara emosional dan fisik, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja secara efisien. Sehingga kelelahan akibat burnout ini menyebabkan penurunan energi dan motivasi, yang berdampak langsung pada hasil kerja.
Selain itu hasil penelitian Boritz, dkk dalam American Psychological Association (APA) menemukan fakta bahwa burnout 57% meningkatkan risiko ketidakhadiran karyawan di tempat kerja lebih dari dua minggu karena sakit.
Tentu saja jika produktivitas kerja yang menurun ini terjadi secara konsisten akan mempengaruhi pencapaian target perusahaan dan menurunkan keseluruhan efisiensi operasional. Organisasi dapat menghadapi tantangan dalam mencapai tujuan strategis dan mempertahankan daya saing di pasar.
Baca juga: 5 Strategi Meningkatkan Produktivitas Karyawan Baru
Kualitas Kerja yang Menurun
Kualitas pekerjaan karyawan Anda menurun? Atau mungkin karyawan Anda jadi sering lupa menyelesaikan tugas yang diberikan? Ini bisa jadi salah satu dampak burnout. Burnout menyebabkan penurunan perhatian terhadap detail dan ketelitian dalam pekerjaan. Karyawan yang merasa kelelahan dan tertekan cenderung tidak mampu memberikan hasil terbaik dalam pekerjaan mereka, yang berdampak pada standar kualitas yang diterapkan.
Penurunan kualitas kerja dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan dan merusak hubungan bisnis. Produk atau layanan yang tidak memenuhi standar kualitas dapat menyebabkan keluhan pelanggan, yang pada gilirannya berdampak buruk pada keuntungan perusahaan.
Sering Terjadi Kesalahan Kerja
Karyawan yang sering mengalami kesalahan kerja bukan berarti mereka tidak memiliki keahlian yang baik. Bisa jadi kondisi tersebut disebabkan oleh burnout. Beberapa penilitian menunjukkan bahwa kelelahan mental dan emosional akibat burnout membuat karyawan kurang mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan yang tepat. Kesalahan yang sering terjadi dapat berdampak pada proses bisnis dan mengakibatkan kerugian finansial atau hukum.
Karyawan yang mengalami burnout mungkin juga mengalami kesulitan dalam memantau dan memeriksa hasil kerja mereka, yang berkontribusi pada peningkatan frekuensi kesalahan. Kesalahan yang tidak ditangani dengan baik dapat memperburuk situasi dan menambah beban kerja bagi karyawan lain.
Semangat Tim Menurun
Pernah melihat satu tim bekerja kurang optimal dan terasa seperti kehilangan motivasi? Anda perlu mencurigai burnout sebagai penyebabnya. Pada kenyataannya burnout yang dialami oleh individu dapat menyebar ke anggota tim lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi moral dan semangat kerja tim secara keseluruhan. Ketika satu atau beberapa anggota tim mengalami burnout, hal ini dapat menciptakan atmosfer kerja yang negatif.
Semangat tim yang menurun dapat mempengaruhi kolaborasi dan koordinasi di antara anggota tim, yang berdampak pada efektivitas kerja kelompok. Penurunan semangat tim juga dapat mengakibatkan konflik interpersonal dan mengurangi motivasi untuk mencapai tujuan bersama.
Reputasi Perusahaan Menjadi Buruk
Perusahaan yang gagal menangani burnout dengan efektif dapat membuat reputasinya memburuk. Para stakeholders seperti calon karyawan maupun pelanggan dapat menganggap perusahaan tersebut melakukan eksploitasi kerja dan tidak memberikan perhatian yang layak terhadap karyawan. Tentu reputasi yang buruk terkait dengan manajemen dan kesejahteraan karyawan dapat mempengaruhi citra perusahaan di pasar.
Dampak dari burnout terhadap perusahaan ini dapat meluas dan menyebabkan perusahaan kesulitan untuk merekrut karyawan berbakat di waktu yang akan datang. Reputasi yang buruk juga dapat mempengaruhi hubungan bisnis dan mengurangi kepercayaan pelanggan serta mitra bisnis.
Pantau Beban Kerja Karyawan dengan HRMS Jobseeker Software
Pastikan karyawan dapat bekerja dengan optimal tanpa beban berlebih. Pantau jam kerja dan tingkat kehadiran mereka secara akurat dengan HRMS Jobseeker Software. Ketika karyawan Anda mulai sering lembur dan diiringi dengan penurunan kinerja atau tingkat absen tinggi, Anda perlu waspada jika beban kerja mereka mulai tinggi.
Ingin tahu fitur dan benefit HRMS Jobseeker Software untuk meningkatkan produktivitas karyawan? Klik di sini dan jadwalkan demo produk bersama tim kami.